Psy - Gangnam Style

Minggu, 11 Januari 2015

KELOMPOK 6 ( Eko Kaswali, Gustiansyah, Malisa )

TUGAS 1
Pengaruh Komunikasi Massa Terhadap Masyarakat dan Budaya
Diajukan Sebagai Syarat untuk Melengkapi Tugas Mata  Kuliah
Jurnalistik

Dosen Pengampu : Azizah , S. Kom.

Di Susun Oleh :
Eko
Gustiansyah
Malisa

Semester : V



Kelompok : 6

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
STKIP SINGKAWANG
2014


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan pertolonganNya penyusun dapat menyelesaiakan karya ilmiah yang berjudul ‘Tentang Pengaruh Komunikasi Massa Terhadap Masyarakat dan Budaya’. Meskipun banyak rintangan dan hambatan yang dialami dalam proses pengerjaannya, tapi penyusun berhasil menyelesaikannya dengan baik.
Tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada dosen yaitu Ibu Azizah, S.I,Kom. pembimbing yang telah membantu dalam mengerjakan proyek ilmiah ini. Penyusun juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman mahasiswa yang juga sudah memberi kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan karya ilmiah ini. Tentunya ada hal-hal yang ingin diberikan kepada masyarakat atau mahasiswa dari hasil karya ilmiah ini. Karena itu penyusun berharap semoga karya ilmiah ini dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi kita bersama.
Pada bagian akhir, penyusun akan mengulas tentang berbagai masukan dan pendapat dari orang-orang yang ahli di bidangnya, karena itu penyusun harapkan hal ini juga dapat berguna bagi kita bersama.
Semoga karya ilmiah yang dibuat ini dapat membuat kita mencapai kehidupan yang lebih baik lagi.

Singkawang,   Oktober 2014

  Penyusun,


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
A.    Latar Belakang........................................................................................ 1
B.     Rumusan Masalah................................................................................... 1
C.    Tujuan`..................................................................................................... 2
D.    Manfaat.................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... 3
A.    Teori Agenda Setting.............................................................................. 3
B.     Teori Kultivasi......................................................................................... 4
C.    Teori Spiral Of Silence............................................................................ 6
BAB III PENUTUP............................................................................................ 8
A.    Kesimpulan................................................................................................... 8
B.     Saran............................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 10







BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dalam strategi komunikasi, media komunikasi merupakan komponen yang paling banyak menyita perhatian. Mengapa demikian? Karena jumlahnya banyak serta sifatnya heterogen dan anonim. Sedangkan mereka harus dicapai seraya menerima setiap pesan secara indrawi dan secara rohani. Yang dimaksud indrawi disini ialah diterimanya suatu pesan jelas bagi indra mata dan terang untuk indera  telinga. Yang dimaksud rohani ialah sebagai terjemahan dari bahasa asing “accepted” yaitu diterimanya suatu pesan yang sesuai dengan kerangka inferensinya (Frame of Referencenya). Paduan dari usia, agama, pendidikan, kebudayaan dan nilai-nilai kehidupan lainnya. Kerangka referensi tertentu menimbulkan kepentingan dan minat (interent) tertentu.
Berdasarkan hal-hal tersebut ada suatu pesan dari media massa yang diminati oleh seluruh khalayak. ada juga disenangi oleh kelompok tertentu, misalnya kelompok usia anak-anak, remaja, dewasa, kelompok agama islam, kristen, budha, hindu, bali dan lain-lain. Kelompok etnis, sunda, jawa, manado dan sebagainya.
Efek dari pesan yang disebarluaskan oleh komunikator melalui media massa timbul pada komunikan sebagai sasaran komunikasi. Oleh karena itu efek melekat pada khalayak sebagai akibat dari perubahan psikologi mengenai efek ini yaitu diklasifikasikan sebagai efek kofnitif (Cognitive Effect) atau efek konatif yang sering disebut efek behavioral (Behavioral Effect).

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan yang ada. Antara lain sebagai berikut.
1.      Apa yang dimaksud dengan teori agenda setting ?
2.      Apa yang dimaksud dengan teori kultivasi ?
3.      Apa yang dimaksud dengan teori spiral of silence ?
C.    Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah
1.      Untuk mengetahui teori agenda setting.
2.      Untuk mengetahui teori kultivasi.
3.      Untuk mengetahui teori spiral of silence

D.    Manfaat
Manfaat yang dapat ambil dari makahal ini adalah:
1.      Mahasiswa.
Agar bisa menambah wawasan lebih luas tentang pengaruh komunikasi massa terhadap masyarakat dan budaya, serta menambah pengetahuan yang dimiliki.
2.      Dosen.
Agar bisa membantu dalam proses mengajar di dalam kelas tentang materi pengaruh komunikasi massa terhadap masyarakat dan budaya.
3.      Penyusun.
Bagi kami sendiri ini sangat membantu  dalam belajar, agar apa yang kami ketahui bisa menambah wawasan dan pengetahuan yang kami miliki.














BAB II
PEMBAHASAN

A.    Teori Agenda Setting
Dari beberapa asumsi mengenai efek komunikasi massa, satu yang bertahan dan berkembang dewasa ini menganggap bahwa media massa dengan memberikan perhatian pada issue tertentu dan mengabaikan yang lainnya, akan memiliki pengaruh terhadap pendapat umum. Orang akan cenderung mengetahui tentang hal-hal yang diberitakan media massaterhadap isu-isu yang berbeda.
Asumsi ini berhasil lolos dari keraguan yang ditujukan pada penelitian komunikasi massa yang menganggap mediamassa memiliki efek yang sangat kuat, terutama karena asumsi ini berkaitan dengan proses belajar dan bukan dengan perubahan sikap atau atau pendapat. Studi empiris terhadap komunikasi massa telah mengkonfirmasikan bahwa efek yang cenderung terjadi adalah dalam hal informasi. Teori Agenda Setting menawarkan suatu cara untuk menghubungkan temuan ini dengan kemungkinan terjadinya efek terhadap pendapat, karena pada dasarnya yang ditawarkan adalah suatu fungsi pelajar dari media massa. Orang belajar mengenai isu apa-apa, dan bagaimana isu-isu tersebut disusun berdasarkan tingkat kepentingannya.
Teori utama Agenda Setting adalah Maxwell McCombs dan Donald Shaw. Mereka menuliskan bahwa audience tidak hanya mempelajari berita-berita dan hal-hal lainnya melalui mediamassa, tetapi juga mempelajari seberapa besar arti penting diberikan pada suatu isu atau topic dari cara media massamemberikan penekanan terhadap topic tersebut. Misalnya, dalam merefleksikan apa yang dikatakan oleh para kandidat dalam suatu kampanye pemilu, media massa menetapkan ‘agenda’ kampanye tersebut. Kemampuan untuk mempengaruhi perubahan kognitif individu ini merupakan aspek terpenting dari kekuatan komunikasi massa.
Asumsi agenda setting ini memiliki kelebihan karena mudah dipahami dan relative mudah untuk diuji. Dasar pemikirannya adalah diantara berbagai topic yang dimuat media massa, topic yang mendapat lebih banyak perhatian dari media akan menjadi lebih akrab bagi pembacanya dan akan dianggap penting dalam suatu periode waktu tertentu, dan akan menjadi sebaliknya bagi topic yang kurang mendapat perhatian media. Perkiraan ini dapat diuji dengan membandingkan hasil dari analisis isi media secara kuantitatif dengan perubahan dalam pendapat umum yang diukur melalui survey pada dua (atau lebih) waktu yang berbeda.
B.     Teori Kultivasi
Teori Kultivasi merupakan bagian dari teori komunikasi yang membahas efek dari komunikasi massa, teori ini dikembangkan oleh George Gerbner. Teori Kultivasi ini muncul untuk meyakinkan orang bahwa efek media massa lebih bersifat kumulatif dan lebih berdampak pada tataran social budaya dari pada individual. Teori Kultivasi ini juga memberikan gambaran bahwa efek media massa tidak secara langsung menerpa khalayak. definisi: Menurut teori kultivasi ini, televisi menjadi media atau alat utama dimana para penonton televisi belajar tentang masyarakat dan kultur dilingkungannya.
Dengan kata lain, persepsi apa yang terbangun di benak pemirsa tentang masyarakat dan budaya sangat ditentukan oleh televisi. Ini artinya, melalui kontak pemirsa dengan televisi, mereka belajar tentang dunia, orang-orangnya, nilai (nilai sosial) serta adat dan tradisi nya. Menurut Miller (2005: 282), teori kultivasi tidak dikembangkan untuk mempelajari "efek yang ditargetkan dan spesifik (misalnya, bahwa menonton Superman akan mengarahkan anak-anak untuk mencoba terbang dengan melompat keluar jendela) melainkan dalam hal akumulasi dan dampak televisi secara menyeluruh, yaitu bagaimana masyarakat melihat dunia dimana mereka hidup ".
Oleh karena itu disebut 'Analisis Budaya'. Gerbner, Gross, Morgan, & Signorielli (1986) berpendapat bahwa meskipun agama atau pendidikan sebelumnya telah berpengaruh besar pada tren sosial dan adat istiadat, namun sekarang ini, televisilah yang merupakan sumber gambaran yang paling luas dan paling berpengaruh dalam hidup. sehingga televisi merupakan gambaran dari lingkungan umum kehidupan masyarakat. Teori Kultivasi dalam bentuk yang paling dasar menunjukkan paparan bahwa sesungguhnya televisi dari waktu ke waktu, secara halus "memupuk" persepsi pemirsa tentang kehidupan realitas.
Teori ini dapat memiliki dampak pada pemirsa TV, dan dampak tersebut akan berdampak pula pada seluruh budaya kita. Gerbner dan Gross (1976) mengatakan "televisi adalah media sosialisasi kebanyakan orang menjadi peran standar dan perilaku. Fungsinya adalah satu, enkulturasi". Televisi memang sudah sangat melekat dikehidupan kita sehari-hari. Dari televisilah kita belajar tentang kehidupan dan budaya. Tontonan seperti acara sinetron maupun reality show yang sering menunjukkan kekerasan, perselingkuhan, kriminal, dan lain sebagainya akan dianggap sebagai gambaran bahwa itulah yang sering terjadi di kehidupan realita. Padahal belum tentu semua yang terdapat pada tayangan itu adalah kejadian-kejadian yang sering terjadi dikehidupan kita. Karena jika ditelaah, semua yang terdapat pada reality show atau sinetron adalah hasil dari skenario belaka.
Lebih jauh dalam Teori Kultivasi dijelaskan bahwa pada dasarnya ada 2 (dua) tipe penonton televisi yang mempunyai karakteristik saling bertentangan/bertolak belakang, yaitu (1) para pecandu/penonton fanatik (heavy viewers) adalah mereka yang menonton televisi lebih dari 4(empat) jam setiap harinya. Kelompok penonton ini sering juga disebut sebagai khalayak ‘the television type”, serta 2 (dua) adalah penonton biasa (light viewers), yaitu mereka yang menonton televisi 2 jam atau kurang dalam setiap harinya. Dan teori kultivasi ini berlaku terhadap para pecandu / penonton fanatik, karena mereka semua adalah orang-orang yang lebih cepat percaya dan menganggap bahwa apa yang terjadi di televisi itulah dunia senyatanya. Pada dasarnya, Teori Kultivasi pertama kali di kemukakan oleh George Gerbner bersama rekan-rekannya di Amenberg School of Communication di Pennsylvania pada tahun 1969, dalam sebuah artikel yang berjudul “the television of violence” yang berisikan bagaimana media massa khususnya televisi menampilkan adegan-adegan kekerasan di dalamnya. Teori kultivasi ini muncul dalam situasi pada saat terjadi perdebatan antara kelompok ilmuwan komunikasi yang meyakini bahwa efek sangat kuat dari media massa.
Teori Kultivasi muncul untuk meyakinkan orang bahwa efek media massa lebih bersifat kumulatif dan lebih berdampak pada tataran social budaya ketimbang individual. Signorielli dan Morgan pada tahun 1990 mengemukakan bahwa analisis kultivasi merupakan tahapan lanjutan dari penelitian efek media yang sebelumnya dilakukan Gerbner yaitu “Cultural Indicator” yang menyelidiki Proses institusional dalam produksi isi media, image atau kesan isi media serta hubungan antara terpaan pesan televisi dengan keyakinan dan perilaku khalayak. Dalam penelitian lanjutan yang dilakukan oleh Gerbner diketahui bahwa penonton Televisi dalam kategori berat mengembangkan keyakinan yang berlebihan mengenai dunia sebagai tempat yang berbahaya dan menakutkan. Sedangkan kekerasan yang mereka saksikan di Televisi menambah ketakutan sosial yang membangkitkan pandangan bahwa lingkungan mereka tidak aman dan tidak ada orang yang dapat dipercaya.
C.    Spiral of Silence
Teori spiral of silence atau spiral kebisuan berkaitan dengan pertanyaan mengenai bagaimana terbentuknya pendapat umum. Dikemukakan pertama kali oleh Elizabeth Noelle-Neuman, sosiolog jerman, pada tahun 1974, teori ini menjelaskan bahwa jawaban dari pertanyaan tersebut terletak dalam suatu proses saling mempengaruhi antara komunikasi massa, komunikasi antar pribadi, dan persepsi individu atas pendapatnya sendiri dalam hubungannya dengan pendapat orang lain dalam masyarakat.
Teori ini mendasarkan asumsinya pada pemikiran social-psikologis tahun 30-an yang menyatakan bahwa pendapat pribadi sangat tergantung pada apa yang dipikirkan/diharapkan oleh orang lain, atau atas apa yang orang rasakan/anggap sebagai pendapat dari orang lain. Berangkat dari asumsi tersebut, spiral of silence selanjutnya menjelaskan bahwa individu pada umumnya berusaha untuk menghindari isolasi, dalam arti sendirian mempertahankan sikap atau keyakinan tertentu. Oleh karenanya orang akan mengamati lingkungannya untuk mempelajri pandangan-pandangan mana yang bertahan dan mendapatkan dukungan dari mana, yang tidak dominan atau populer. Jika orang merasakan bahwa pandangannya termasuk diantara yang tidak dominan atau tidak popular, maka cenderung ia kurang berani mengekspresikannya, karena adanya ketakutan akan isolasi tersebut.
Jumlah orang yang tidak secara terbuka mengekspresikan pendapat yang berbeda dan perubahan dari pendapat yang berbeda kepada pendapat yang dominan.
Sebaliknya, pendapat yang dominan akan menjadi semakin luas dan kuat. Semakin banyak orang merasakan kecenderungan ini dan menyesuaikan pendapatnya, maka satu kelompok pendapat akan menjadi dominan, sementara lainnya akan menyusut. Jadi kecenderungan seseorang untuk menyatakan pendapat dan orang lainnya menjadi diam akan mengawali suatu proses spiral yang meningkatkan kemapanan satu pendapat sebagai pendapat umum atau pendapat yang dominan. Tentunya persepsi individu bahkan satu-satunya kekuatan yang bekerja dalam proses ini, dan media massa merupakan salah satu kekuatan lainnya.
Apa yang menjadi pandangan yang dominan pada suatu waktu tertentu seringkali ditentukan oleh media. Kekuatan lain yang bekerja dalam proses ini adalah tingkat dukungan orang-orang dalam lingkungan seseorang. Ketika orang tinngal diam, orang-orang disekelilingnya akan melakukan hal yang sama, dengan demikian definisi media massa atas suatu pandangan dan kurangnya dukungan yang diungkapkan atas pandangan seseorang dalam komunikasi antarpribadi, akan semakin menguat dan menghasilkan spiral kebisuan tersebut



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Teori utama Agenda Setting adalah Maxwell McCombs dan Donald Shaw. Mereka menuliskan bahwa audience tidak hanya mempelajari berita-berita dan hal-hal lainnya melalui mediamassa, tetapi juga mempelajari seberapa besar arti penting diberikan pada suatu isu atau topic dari cara media massamemberikan penekanan terhadap topic tersebut. Misalnya, dalam merefleksikan apa yang dikatakan oleh para kandidat dalam suatu kampanye pemilu, media massa menetapkan ‘agenda’ kampanye tersebut. Kemampuan untuk mempengaruhi perubahan kognitif individu ini merupakan aspek terpenting dari kekuatan komunikasi massa.
Teori Kultivasi merupakan bagian dari teori komunikasi yang membahas efek dari komunikasi massa, teori ini dikembangkan oleh George Gerbner. Teori Kultivasi ini muncul untuk meyakinkan orang bahwa efek media massa lebih bersifat kumulatif dan lebih berdampak pada tataran social budaya dari pada individual. Teori Kultivasi ini juga memberikan gambaran bahwa efek media massa tidak secara langsung menerpa khalayak. definisi: Menurut teori kultivasi ini, televisi menjadi media atau alat utama dimana para penonton televisi belajar tentang masyarakat dan kultur dilingkungannya.
Teori spiral of silence atau spiral kebisuan berkaitan dengan pertanyaan mengenai bagaimana terbentuknya pendapat umum. Dikemukakan pertama kali oleh Elizabeth Noelle-Neuman, sosiolog jerman, pada tahun 1974, teori ini menjelaskan bahwa jawaban dari pertanyaan tersebut terletak dalam suatu proses saling mempengaruhi antara komunikasi massa, komunikasi antar pribadi, dan persepsi individu atas pendapatnya sendiri dalam hubungannya dengan pendapat orang lain dalam masyarakat.
B.     Saran
Kepada mahasiswa yang lain, dengan adanya makalah ini supaya bisa menambah wawasan dan pengetahuan tentang pengaruh komunikasi massa terhadap masyarakat dan budaya. Untuk dosen semoga bisa membantu dalam proses mengajar terhadap mahasiswa. Sedangkan untuk penyusun  sendiri, membantu untuk menambah ilmu dan pengetahuan, serta wawasan bisa tambah luas.



DAFTAR PUSTAKA

Fajar. Teori Komunikasi Massa Terhadap Kebudayaan.
Yanah. Teori Kultivasi. http://yanahiruka.blogspot.com/2014/09/teori-kultivasi-george-gerbner.html. 01 September 2014. Diunduh Pada Tanggal 25 November 2014.

TUGAS 2

A.    Pengertian Berita
Berita adalah laporan peristiwa (fakta) atau pendapat (opini) yang aktual (terkini), menarik danpenting. Ada juga yang mengartikan berita sebagai informasi baru yang disajikan dalam pembacaan / penulisan yang jelas, aktual dan menarik. Sedangkan sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia, berita diartikan sebagai cerita atau keterangan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat. Fakta adalah peristiwa yang benar-benar ada / terjadi, sedangkan opini adalah hal yang sifatnya pernyataan, belum terjadi dan belum tentu benar.
Berdasarkan pengertian berita di atas, dapat disimpulkan syarat berita adalah sebagai berikut :
1.       Merupakan fakta, berita haruslah berdasarkan kejadian atau peristiwa yang benar-benar nyata
2.       Terkini, artinya jarak penyiaran berita dengan waktu kejadian tidak telalu jauh
3.       Seimbang, artinya berita harus ditulis dan disampaikan dengan seimbang, tidak memihak kepada salah satu pihak.
4.       Lengkap, berita haruslah memenuhi unsur-unsur beritasebagaimana akan kita bahas di bawah ini.
5.       Menarik, artinya berita harus mampu menarik minat pembaca atau pendengarnya. Berita dapat dikatakan menarik bila bermanfaat bagi pembaca atau pendengarnya, berkaitan dengan tokoh terkenal, berkaitan dengan kejadian penting, humor, aneh, luar biasa atau bersifat konflik.
6.       Sistematis, berita seharusnya disusun secara sistematis, urutannya jelas sehingga pembaca tidak kebingungan dalam menangkap isi berita.

Salah satu syarat berita adalah lengkap. Untuk dapat dikatakan lengkap, berita haruslah mampu menjawab pertanyaan 5W + 1 H sebagai berikut :
1.       What : Apa yang terjadi ?
2.       Who : Siapa yang terlibat ?
3.       Why : Mengapa hal itu bisa terjadi ?
4.       When : Kapan peristiwa  tersebut terjadi ?
5.       Where : Dimanakah peristiwa tersebut terjadi ?
6.       How : Bagaimana peristiwa itu terjadi ?

Jenis pemberitaan yang ada dalam jurnalistik, salah satunya sebagai berikut.
Tally news atau berita yang memuat pidato, hasil pembicaraan, hasil wawancara dengan seorang tokoh.
Contoh :

Burung atlet simbol cinta setia

 

Singkawang-Pemilik burung merpati aduan merawat peliharaan mereka bak atlet profesional. Segala macam keperluan vitamin sampai silsilah keturunan merpati unggulan amat diperhatikan.
Setiap merpati mempunyai asupan nutrisi dan vitamin khusus. Ramuan jamu dari berbagai bahan penguat fisik burung dibuat secara rahasia oleh pemilik merpati. selain itu, cara terbang dan ketahanan burung dalam bolak balik terbang biasanya didapat dari bibit induk terbaik. Salah satu penggemar merpati pacuan, Bayu Setiawan, menjelaskan setiap jamu merpati dipastikan memakai sarang walet untuk menambah napas merpati menjadi lebih panjang saat mengangkasa. "Biasanya dibuat adonan pakai gula merah, jahe direbus menjadi satu. Lalu dipilin bulat bulat terus dikeringkan, baru kasih ke burungnya," kata Bayu saat ditemui  kemarin di sebuah di lapak merpati di Roban.
Dia menambahkan untuk menyiasati mahalnya sarang walet sesama pemilik merpati urunan membeli bahan tersebut. Bayu mengaku sepasang merpati jagoannya pernah ditawar hingga Rp 10 juta. Namun tak dilepas karena dirawat sejak anakan. "Saya nggak lepas karena memang sudah rawat dari piyik," ujarnya.
Apalagi jika indukan unggulan. Sesama penggemar berani membayar anakan dengan harga selangit. Untuk itu setiap merpati unggulan diberikan tanda pengenal sebuah gelang bertulisan nama burung dan nomor telepon seluler pemilik merpati.
"Kalau hilang biasanya ada yang telepon terus minta duit tebusan," tutur Bayu. "Mau nggak mau kita harus keluarin biaya."
Merpati biasanya dicirikan dari warna bulu. Pemilik burung merpati akan mengenal kepunyaannya walau ditempatkan bersama merpati lain dalam jumlah banyak. Jenis warna itu adalah coklat, tritis, belantong, kelabu, megan, belorok.
Pemilik merpati tarikan biasanya mempunyai tiga joki digaji saban bulan. Masing masing mempunyai tugas khusus menyoroti perkembangan burung. Joki lepas bertugas melatih burung dan menghitung ketahanan terbang. Joki penggiring melihat kondisi giring sepasang burung dan joki kandang mengurusi kehidupan sehari hari merpati sebelum berlomba. "Saya bisa jadi joki penggiring, biasanya dapat Rp 500 ribu sebulan. Belum termasuk bonus kalau menang," ujar Rahmat tersenyum.
Lain lagi dengan Iman. Penggemar merpati kolongan ini sudah menggantungkan hidupnya dengan merpati. Setelah mengembangkan dan melatih merpati biasa, dia menjual dengan harga berkali lipat. "Saya bisa beli merpati harga Rp 35 ribu di pasar burung, sudah jadi bisa dijual sampai Rp 3 juta. Ada saja yang beli," tuturnya lirih.
Untuk merpati betina tak terlalu diperhatikan. Dari ribuan pasangan merpati, seekor pejantan tak akan pernah menyasar betina lainnya. Karena itu, merpati selalu dijadikan simbol cinta.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar