TUGAS
1
Pengaruh
Komunikasi Massa Terhadap Masyarakat dan Budaya
Diajukan
Sebagai Syarat untuk Melengkapi Tugas Mata
Kuliah
Jurnalistik
Dosen
Pengampu : Azizah , S. Kom.
Di
Susun Oleh :
Eko
Gustiansyah
Malisa
Semester : V
Kelompok
: 6
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
STKIP
SINGKAWANG
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan ke
hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan pertolonganNya penyusun dapat
menyelesaiakan karya ilmiah yang berjudul ‘Tentang
Pengaruh Komunikasi Massa Terhadap Masyarakat dan Budaya’. Meskipun banyak rintangan dan
hambatan yang dialami dalam proses pengerjaannya, tapi penyusun berhasil
menyelesaikannya dengan baik.
Tidak lupa mengucapkan
terimakasih kepada dosen yaitu Ibu Azizah, S.I,Kom. pembimbing yang telah
membantu dalam mengerjakan proyek ilmiah ini. Penyusun juga mengucapkan
terimakasih kepada teman-teman mahasiswa yang juga sudah memberi kontribusi
baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan karya ilmiah ini. Tentunya
ada hal-hal yang ingin diberikan kepada masyarakat atau mahasiswa dari hasil
karya ilmiah ini. Karena itu penyusun berharap semoga karya ilmiah ini dapat
menjadi sesuatu yang berguna bagi kita bersama.
Pada bagian akhir, penyusun
akan mengulas tentang berbagai masukan dan pendapat dari orang-orang yang ahli
di bidangnya, karena itu penyusun harapkan hal ini juga dapat berguna bagi kita
bersama.
Semoga karya ilmiah yang dibuat
ini dapat membuat kita mencapai kehidupan yang lebih baik lagi.
Singkawang, Oktober 2014
Penyusun,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................................... 1
C. Tujuan`..................................................................................................... 2
D. Manfaat.................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... 3
A. Teori Agenda Setting.............................................................................. 3
B. Teori Kultivasi......................................................................................... 4
C. Teori Spiral Of Silence............................................................................ 6
BAB III PENUTUP............................................................................................ 8
A. Kesimpulan................................................................................................... 8
B. Saran............................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam strategi komunikasi, media komunikasi merupakan komponen yang paling
banyak menyita perhatian. Mengapa demikian? Karena jumlahnya banyak serta
sifatnya heterogen dan anonim. Sedangkan mereka harus dicapai seraya menerima
setiap pesan secara indrawi dan secara rohani. Yang dimaksud indrawi disini
ialah diterimanya suatu pesan jelas bagi indra mata dan terang untuk
indera telinga. Yang dimaksud rohani ialah sebagai terjemahan dari
bahasa asing “accepted” yaitu diterimanya suatu pesan yang sesuai dengan
kerangka inferensinya (Frame of Referencenya). Paduan dari usia, agama,
pendidikan, kebudayaan dan nilai-nilai kehidupan lainnya. Kerangka referensi
tertentu menimbulkan kepentingan dan minat (interent) tertentu.
Berdasarkan hal-hal tersebut ada suatu pesan dari media massa yang diminati
oleh seluruh khalayak. ada juga disenangi oleh kelompok tertentu, misalnya
kelompok usia anak-anak, remaja, dewasa, kelompok agama islam, kristen, budha,
hindu, bali dan lain-lain. Kelompok etnis, sunda, jawa, manado dan sebagainya.
Efek dari pesan yang disebarluaskan oleh komunikator melalui media massa
timbul pada komunikan sebagai sasaran komunikasi. Oleh karena itu efek melekat
pada khalayak sebagai akibat dari perubahan psikologi mengenai efek ini yaitu
diklasifikasikan sebagai efek kofnitif (Cognitive Effect) atau efek konatif
yang sering disebut efek behavioral (Behavioral Effect).
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan yang ada. Antara lain
sebagai berikut.
1.
Apa yang dimaksud dengan teori agenda
setting ?
2.
Apa yang dimaksud dengan teori kultivasi
?
3.
Apa yang dimaksud dengan teori spiral of
silence ?
C.
Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah
1.
Untuk mengetahui teori agenda setting.
2.
Untuk mengetahui teori kultivasi.
3.
Untuk mengetahui teori spiral of silence
D.
Manfaat
Manfaat yang
dapat ambil dari makahal ini adalah:
1. Mahasiswa.
Agar
bisa menambah wawasan lebih luas tentang pengaruh komunikasi massa terhadap
masyarakat dan budaya, serta menambah pengetahuan yang dimiliki.
2. Dosen.
Agar
bisa membantu dalam proses mengajar di dalam kelas tentang materi pengaruh
komunikasi massa terhadap masyarakat dan budaya.
3. Penyusun.
Bagi
kami sendiri ini sangat membantu dalam
belajar, agar apa yang kami ketahui bisa menambah wawasan dan pengetahuan yang
kami miliki.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori
Agenda Setting
Dari beberapa asumsi mengenai
efek komunikasi massa, satu yang bertahan dan berkembang dewasa ini
menganggap bahwa media massa dengan memberikan perhatian pada issue
tertentu dan mengabaikan yang lainnya, akan memiliki pengaruh terhadap pendapat
umum. Orang akan cenderung mengetahui tentang hal-hal yang diberitakan
media massaterhadap isu-isu yang berbeda.
Asumsi ini berhasil lolos dari keraguan yang ditujukan
pada penelitian komunikasi massa yang menganggap
mediamassa memiliki efek yang sangat kuat, terutama karena asumsi ini
berkaitan dengan proses belajar dan bukan dengan perubahan sikap atau atau
pendapat. Studi empiris terhadap komunikasi massa telah
mengkonfirmasikan bahwa efek yang cenderung terjadi adalah dalam hal informasi.
Teori Agenda Setting menawarkan suatu cara untuk menghubungkan temuan ini
dengan kemungkinan terjadinya efek terhadap pendapat, karena pada dasarnya yang
ditawarkan adalah suatu fungsi pelajar dari media massa. Orang belajar
mengenai isu apa-apa, dan bagaimana isu-isu tersebut disusun berdasarkan
tingkat kepentingannya.
Teori utama Agenda Setting adalah Maxwell McCombs dan
Donald Shaw. Mereka menuliskan bahwa audience tidak hanya mempelajari
berita-berita dan hal-hal lainnya melalui mediamassa, tetapi juga mempelajari
seberapa besar arti penting diberikan pada suatu isu atau topic dari cara media massamemberikan
penekanan terhadap topic tersebut. Misalnya, dalam merefleksikan apa yang
dikatakan oleh para kandidat dalam suatu kampanye pemilu,
media massa menetapkan ‘agenda’ kampanye tersebut. Kemampuan untuk
mempengaruhi perubahan kognitif individu ini merupakan aspek terpenting dari
kekuatan komunikasi massa.
Asumsi agenda setting ini memiliki kelebihan karena
mudah dipahami dan relative mudah untuk diuji. Dasar pemikirannya adalah
diantara berbagai topic yang dimuat media massa, topic yang mendapat lebih
banyak perhatian dari media akan menjadi lebih akrab bagi pembacanya dan akan
dianggap penting dalam suatu periode waktu tertentu, dan akan menjadi
sebaliknya bagi topic yang kurang mendapat perhatian media. Perkiraan ini dapat
diuji dengan membandingkan hasil dari analisis isi media secara kuantitatif
dengan perubahan dalam pendapat umum yang diukur melalui survey pada dua (atau
lebih) waktu yang berbeda.
B.
Teori
Kultivasi
Teori
Kultivasi merupakan bagian dari teori komunikasi yang membahas efek dari komunikasi
massa, teori ini dikembangkan oleh George Gerbner. Teori Kultivasi ini muncul
untuk meyakinkan orang bahwa efek media massa lebih bersifat kumulatif dan
lebih berdampak pada tataran social budaya dari pada individual. Teori
Kultivasi ini juga memberikan gambaran bahwa efek media massa tidak secara
langsung menerpa khalayak. definisi: Menurut teori kultivasi ini, televisi
menjadi media atau alat utama dimana para penonton televisi belajar tentang
masyarakat dan kultur dilingkungannya.
Dengan
kata lain, persepsi apa yang terbangun di benak pemirsa tentang masyarakat dan
budaya sangat ditentukan oleh televisi. Ini artinya, melalui kontak pemirsa
dengan televisi, mereka belajar tentang dunia, orang-orangnya, nilai (nilai
sosial) serta adat dan tradisi nya. Menurut Miller (2005: 282), teori kultivasi
tidak dikembangkan untuk mempelajari "efek yang ditargetkan dan spesifik
(misalnya, bahwa menonton Superman akan mengarahkan anak-anak untuk mencoba
terbang dengan melompat keluar jendela) melainkan dalam hal akumulasi dan
dampak televisi secara menyeluruh, yaitu bagaimana masyarakat melihat dunia
dimana mereka hidup ".
Oleh
karena itu disebut 'Analisis Budaya'. Gerbner, Gross, Morgan, & Signorielli
(1986) berpendapat bahwa meskipun agama atau pendidikan sebelumnya telah
berpengaruh besar pada tren sosial dan adat istiadat, namun sekarang ini,
televisilah yang merupakan sumber gambaran yang paling luas dan paling
berpengaruh dalam hidup. sehingga televisi merupakan gambaran dari lingkungan
umum kehidupan masyarakat. Teori Kultivasi dalam bentuk yang paling dasar
menunjukkan paparan bahwa sesungguhnya televisi dari waktu ke waktu, secara
halus "memupuk" persepsi pemirsa tentang kehidupan realitas.
Teori
ini dapat memiliki dampak pada pemirsa TV, dan dampak tersebut akan berdampak
pula pada seluruh budaya kita. Gerbner dan Gross (1976) mengatakan
"televisi adalah media sosialisasi kebanyakan orang menjadi peran standar
dan perilaku. Fungsinya adalah satu, enkulturasi". Televisi memang sudah
sangat melekat dikehidupan kita sehari-hari. Dari televisilah kita belajar
tentang kehidupan dan budaya. Tontonan seperti acara sinetron
maupun reality show yang sering menunjukkan kekerasan,
perselingkuhan, kriminal, dan lain sebagainya akan dianggap sebagai gambaran
bahwa itulah yang sering terjadi di kehidupan realita. Padahal belum tentu
semua yang terdapat pada tayangan itu adalah kejadian-kejadian yang sering
terjadi dikehidupan kita. Karena jika ditelaah, semua yang terdapat pada
reality show atau sinetron adalah hasil dari skenario belaka.
Lebih
jauh dalam Teori Kultivasi dijelaskan bahwa pada dasarnya ada 2 (dua) tipe
penonton televisi yang mempunyai karakteristik saling bertentangan/bertolak
belakang, yaitu (1) para pecandu/penonton fanatik (heavy viewers) adalah mereka
yang menonton televisi lebih dari 4(empat) jam setiap harinya. Kelompok
penonton ini sering juga disebut sebagai khalayak ‘the television type”, serta
2 (dua) adalah penonton biasa (light viewers), yaitu mereka yang menonton
televisi 2 jam atau kurang dalam setiap harinya. Dan teori kultivasi ini
berlaku terhadap para pecandu / penonton fanatik, karena mereka semua adalah
orang-orang yang lebih cepat percaya dan menganggap bahwa apa yang terjadi di
televisi itulah dunia senyatanya. Pada dasarnya, Teori Kultivasi pertama kali
di kemukakan oleh George Gerbner bersama rekan-rekannya di Amenberg School
of Communication di Pennsylvania pada tahun 1969, dalam sebuah artikel
yang berjudul “the television of violence” yang berisikan bagaimana media massa
khususnya televisi menampilkan adegan-adegan kekerasan di dalamnya. Teori
kultivasi ini muncul dalam situasi pada saat terjadi perdebatan antara kelompok
ilmuwan komunikasi yang meyakini bahwa efek sangat kuat dari media massa.
Teori
Kultivasi muncul untuk meyakinkan orang bahwa efek media massa lebih
bersifat kumulatif dan lebih berdampak pada tataran social budaya ketimbang
individual. Signorielli dan Morgan pada tahun 1990 mengemukakan bahwa
analisis kultivasi merupakan tahapan lanjutan dari penelitian efek media yang
sebelumnya dilakukan Gerbner yaitu “Cultural Indicator” yang menyelidiki Proses
institusional dalam produksi isi media, image atau kesan isi media serta
hubungan antara terpaan pesan televisi dengan keyakinan dan perilaku khalayak.
Dalam penelitian lanjutan yang dilakukan oleh Gerbner diketahui bahwa penonton
Televisi dalam kategori berat mengembangkan keyakinan yang berlebihan mengenai
dunia sebagai tempat yang berbahaya dan menakutkan. Sedangkan kekerasan yang
mereka saksikan di Televisi menambah ketakutan sosial yang membangkitkan
pandangan bahwa lingkungan mereka tidak aman dan tidak ada orang yang dapat
dipercaya.
C.
Spiral
of Silence
Teori spiral
of silence atau spiral kebisuan berkaitan dengan pertanyaan mengenai
bagaimana terbentuknya pendapat umum. Dikemukakan pertama kali oleh Elizabeth
Noelle-Neuman, sosiolog jerman, pada tahun 1974, teori ini menjelaskan bahwa
jawaban dari pertanyaan tersebut terletak dalam suatu proses saling
mempengaruhi antara komunikasi massa, komunikasi antar pribadi, dan persepsi
individu atas pendapatnya sendiri dalam hubungannya dengan pendapat orang lain
dalam masyarakat.
Teori
ini mendasarkan asumsinya pada pemikiran social-psikologis tahun 30-an yang
menyatakan bahwa pendapat pribadi sangat tergantung pada apa yang
dipikirkan/diharapkan oleh orang lain, atau atas apa yang orang rasakan/anggap
sebagai pendapat dari orang lain. Berangkat dari asumsi tersebut, spiral
of silence selanjutnya menjelaskan bahwa individu pada umumnya berusaha
untuk menghindari isolasi, dalam arti sendirian mempertahankan sikap atau
keyakinan tertentu. Oleh karenanya orang akan mengamati lingkungannya untuk
mempelajri pandangan-pandangan mana yang bertahan dan mendapatkan dukungan dari
mana, yang tidak dominan atau populer. Jika orang merasakan bahwa pandangannya
termasuk diantara yang tidak dominan atau tidak popular, maka cenderung ia
kurang berani mengekspresikannya, karena adanya ketakutan akan isolasi
tersebut.
Jumlah
orang yang tidak secara terbuka mengekspresikan pendapat yang berbeda dan
perubahan dari pendapat yang berbeda kepada pendapat yang dominan.
Sebaliknya,
pendapat yang dominan akan menjadi semakin luas dan kuat. Semakin banyak orang
merasakan kecenderungan ini dan menyesuaikan pendapatnya, maka satu kelompok
pendapat akan menjadi dominan, sementara lainnya akan menyusut. Jadi
kecenderungan seseorang untuk menyatakan pendapat dan orang lainnya menjadi
diam akan mengawali suatu proses spiral yang meningkatkan kemapanan satu
pendapat sebagai pendapat umum atau pendapat yang dominan. Tentunya persepsi
individu bahkan satu-satunya kekuatan yang bekerja dalam proses ini, dan
media massa merupakan salah satu kekuatan lainnya.
Apa
yang menjadi pandangan yang dominan pada suatu waktu tertentu seringkali
ditentukan oleh media. Kekuatan lain yang bekerja dalam proses ini adalah
tingkat dukungan orang-orang dalam lingkungan seseorang. Ketika orang tinngal
diam, orang-orang disekelilingnya akan melakukan hal yang sama, dengan demikian
definisi media massa atas suatu pandangan dan kurangnya dukungan yang
diungkapkan atas pandangan seseorang dalam komunikasi antarpribadi, akan
semakin menguat dan menghasilkan spiral kebisuan tersebut
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Teori utama Agenda Setting adalah Maxwell McCombs dan
Donald Shaw. Mereka menuliskan bahwa audience tidak hanya mempelajari
berita-berita dan hal-hal lainnya melalui mediamassa, tetapi juga mempelajari
seberapa besar arti penting diberikan pada suatu isu atau topic dari cara
media massamemberikan penekanan terhadap topic tersebut. Misalnya, dalam
merefleksikan apa yang dikatakan oleh para kandidat dalam suatu kampanye
pemilu, media massa menetapkan ‘agenda’ kampanye tersebut. Kemampuan
untuk mempengaruhi perubahan kognitif individu ini merupakan aspek terpenting
dari kekuatan komunikasi massa.
Teori
Kultivasi merupakan bagian dari teori komunikasi yang membahas efek dari
komunikasi massa, teori ini dikembangkan oleh George Gerbner. Teori Kultivasi
ini muncul untuk meyakinkan orang bahwa efek media massa lebih bersifat
kumulatif dan lebih berdampak pada tataran social budaya dari pada individual.
Teori Kultivasi ini juga memberikan gambaran bahwa efek media massa tidak
secara langsung menerpa khalayak. definisi: Menurut teori kultivasi ini,
televisi menjadi media atau alat utama dimana para penonton televisi belajar
tentang masyarakat dan kultur dilingkungannya.
Teori spiral
of silence atau spiral kebisuan berkaitan dengan pertanyaan mengenai
bagaimana terbentuknya pendapat umum. Dikemukakan pertama kali oleh Elizabeth
Noelle-Neuman, sosiolog jerman, pada tahun 1974, teori ini menjelaskan bahwa
jawaban dari pertanyaan tersebut terletak dalam suatu proses saling
mempengaruhi antara komunikasi massa, komunikasi antar pribadi, dan persepsi
individu atas pendapatnya sendiri dalam hubungannya dengan pendapat orang lain
dalam masyarakat.
B.
Saran
Kepada mahasiswa yang lain, dengan
adanya makalah ini supaya bisa menambah wawasan dan pengetahuan tentang pengaruh
komunikasi massa terhadap masyarakat dan budaya. Untuk dosen semoga bisa membantu dalam proses mengajar
terhadap mahasiswa. Sedangkan untuk penyusun
sendiri, membantu untuk menambah ilmu dan pengetahuan, serta wawasan
bisa tambah luas.
DAFTAR PUSTAKA
Fajar. Teori Komunikasi Massa Terhadap
Kebudayaan.
http://fajar-komunikasidansekelilingnya.blogspot.com/2009/10/teori-teori-komunikasi-massa-terhadap.html.
02 Oktober 2009. Diunduh Pada Tanggal 25 November 2014.
Yanah. Teori Kultivasi. http://yanahiruka.blogspot.com/2014/09/teori-kultivasi-george-gerbner.html.
01 September 2014. Diunduh Pada Tanggal 25 November 2014.
TUGAS
2
A.
Pengertian Berita
Berita adalah laporan peristiwa (fakta)
atau pendapat (opini) yang aktual (terkini), menarik danpenting. Ada juga
yang mengartikan berita sebagai informasi baru yang disajikan dalam pembacaan /
penulisan yang jelas, aktual dan menarik. Sedangkan sesuai dengan Kamus
Besar Bahasa Indonesia, berita diartikan sebagai cerita atau keterangan
mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat. Fakta adalah peristiwa yang
benar-benar ada / terjadi, sedangkan opini adalah hal yang sifatnya pernyataan,
belum terjadi dan belum tentu benar.
Berdasarkan pengertian berita di atas,
dapat disimpulkan syarat berita adalah sebagai berikut :
1.
Merupakan fakta, berita haruslah
berdasarkan kejadian atau peristiwa yang benar-benar nyata
2.
Terkini, artinya jarak penyiaran berita dengan
waktu kejadian tidak telalu jauh
3.
Seimbang, artinya berita harus ditulis dan
disampaikan dengan seimbang, tidak memihak kepada salah satu pihak.
4.
Lengkap, berita haruslah memenuhi
unsur-unsur beritasebagaimana akan kita bahas di bawah ini.
5.
Menarik, artinya berita harus mampu menarik
minat pembaca atau pendengarnya. Berita dapat dikatakan menarik bila bermanfaat
bagi pembaca atau pendengarnya, berkaitan dengan tokoh terkenal, berkaitan
dengan kejadian penting, humor, aneh, luar biasa atau bersifat konflik.
6.
Sistematis, berita seharusnya disusun secara
sistematis, urutannya jelas sehingga pembaca tidak kebingungan dalam menangkap
isi berita.
Salah satu syarat berita adalah lengkap.
Untuk dapat dikatakan lengkap, berita haruslah mampu menjawab pertanyaan 5W
+ 1 H sebagai berikut :
1.
What : Apa yang terjadi ?
2.
Who : Siapa yang terlibat ?
3.
Why : Mengapa hal itu bisa terjadi ?
4.
When : Kapan
peristiwa tersebut terjadi ?
5.
Where : Dimanakah peristiwa tersebut
terjadi ?
6.
How : Bagaimana peristiwa itu terjadi ?
Jenis pemberitaan yang ada dalam
jurnalistik, salah satunya sebagai berikut.
Tally news atau berita yang memuat
pidato, hasil pembicaraan, hasil wawancara dengan seorang tokoh.
Contoh :
Burung atlet simbol cinta setia
Singkawang-Pemilik burung merpati aduan merawat peliharaan
mereka bak atlet profesional. Segala macam keperluan vitamin sampai silsilah
keturunan merpati unggulan amat diperhatikan.
Setiap merpati mempunyai asupan nutrisi dan vitamin khusus. Ramuan jamu
dari berbagai bahan penguat fisik burung dibuat secara rahasia oleh pemilik
merpati. selain itu, cara terbang dan ketahanan burung dalam bolak balik
terbang biasanya didapat dari bibit induk terbaik. Salah satu penggemar merpati
pacuan, Bayu Setiawan, menjelaskan setiap jamu merpati dipastikan memakai
sarang walet untuk menambah napas merpati menjadi lebih panjang saat
mengangkasa. "Biasanya dibuat adonan pakai gula merah, jahe direbus
menjadi satu. Lalu dipilin bulat bulat terus dikeringkan, baru kasih ke burungnya,"
kata Bayu saat ditemui kemarin
di sebuah di lapak merpati di Roban.
Dia menambahkan untuk menyiasati mahalnya sarang walet sesama pemilik
merpati urunan membeli bahan tersebut. Bayu mengaku sepasang merpati jagoannya pernah ditawar
hingga Rp 10 juta. Namun tak dilepas karena dirawat sejak anakan. "Saya
nggak lepas karena memang sudah rawat dari piyik," ujarnya.
Apalagi jika indukan unggulan. Sesama penggemar berani membayar anakan
dengan harga selangit. Untuk itu setiap merpati unggulan diberikan tanda
pengenal sebuah gelang bertulisan nama burung dan nomor telepon seluler pemilik
merpati.
"Kalau hilang biasanya ada yang telepon terus minta duit
tebusan," tutur Bayu. "Mau nggak mau kita harus keluarin biaya."
Merpati biasanya dicirikan dari warna bulu. Pemilik burung merpati akan
mengenal kepunyaannya walau ditempatkan bersama merpati lain dalam jumlah
banyak. Jenis warna itu adalah coklat, tritis, belantong, kelabu, megan,
belorok.
Pemilik merpati tarikan biasanya mempunyai tiga joki digaji saban bulan.
Masing masing mempunyai tugas khusus menyoroti perkembangan burung. Joki lepas
bertugas melatih burung dan menghitung ketahanan terbang. Joki penggiring
melihat kondisi giring sepasang burung dan joki kandang mengurusi kehidupan
sehari hari merpati sebelum berlomba. "Saya bisa jadi joki penggiring,
biasanya dapat Rp 500 ribu sebulan. Belum termasuk bonus kalau menang,"
ujar Rahmat tersenyum.
Lain lagi dengan Iman. Penggemar merpati kolongan ini sudah
menggantungkan hidupnya dengan merpati. Setelah mengembangkan dan melatih
merpati biasa, dia menjual dengan harga berkali lipat. "Saya bisa beli
merpati harga Rp 35 ribu di pasar burung, sudah jadi bisa dijual sampai Rp 3
juta. Ada saja yang beli," tuturnya lirih.
Untuk merpati betina tak terlalu diperhatikan. Dari ribuan pasangan
merpati, seekor pejantan tak akan pernah menyasar betina lainnya. Karena itu,
merpati selalu dijadikan simbol cinta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar