Psy - Gangnam Style

Minggu, 11 Januari 2015

Nisariani

Straight News

Jambret Teman Sendiri, Tak Tahu Malu

SINGKAWANG-  Warga  Condong berinisial PO (23 tahun) tega menjambret perhiasan temannya sendiri. Korban berinisial DR tak menyangka bahwa temannya tega melakukan itu semua kepadanya. “Dia baik, saya tak menyangka dia melakukan itu”, ujarnya.
Pelaku menjambret DR, saat korban melewati gang sempit di daerah Belakang Anim untuk menuju suatu tempat pada hari Jumat (2/1) siang hari.
Tersangka sekarang diamankan di Kapolres Singkawang untuk ditindaklanjuti. Dia sempat tak mengakuu saat ditanya oleh polisi. “Bukan saya yang menjambret, tetapi teman saya yang melakukannya. Buktinya perhiasan itu tak ada dengan saya sekarang”, ujar PO kepada polisi.
Jika sampai terbukti bahwa PO melakukan penjambretan, dia akan dikenakan pasal 363 KUHP dan diancam hukuman lima tahun penjara.

Feature News

Perjuangan Mahmud untuk Keluarga

Tetesan keringat turun di tubuhnya, tetapi Mahmud tetap pantang menyerah untuk mengayuh  becaknya agar mendapatkan pundi-pundi uang buat keluarganya. Badannya yang tak lagi gagah berusaha keras untuk terus mengayuh. “Hasil menjadi tukang becak hanya cukup untuk sehari-hari, soalnya sekarang orang-orang lebih banyak menggunakan kendaraan sendiri. Biasa yang menggunakan becak hanya orang-orang tertentu saja, khususnya orang yang pulang dari pasar dan membawa belanjaannya”, ujar Mahmud.
Keluarga dirumah menunggunya untuk memberikan sepeser uang agar bisa membeli lauk ataupun beras. Malah biasanya satu hari mereka hanya makan mie instan saja karena pendapatan Mahmud tak seberapa. Dalam satu hari dia hanya bisa membawa pulang uang Rp 15.000,- sampai Rp 25.000,- saja.
Pekerjaan ini terus dia lakoni karena tak ada lagi pekerjaan yang mampu dia kerjakan. Di usianya yang senja dia berharap mendapatkan kesehatan agar bisa memberikan kebahagian kepada isteri dan kedua anaknya.
Usia Pak Mahmud terbilang tak muda lagi, usianya sekarang 56 tahun. Dia hanya tamatan SMP, dan tak mempunyai keahlian apa-apa selain mengayuh becak tuanya itu. “saya tetap bersyukur walupun saya hanya bisa jadi tukang becak, yang penting pekerjaan ini halal”, katanya.
Isteri dan kedua anaknya selalu menunggu Pak Mahmud dengan senyuman, walaupun mereka hidup dengan jeritan ekonomi tetapi keluarganya tak pernah menuntut lebih kepadanya. “Yang penting diberi kesehatan, agar bisa pulang untuk berkumpul dengan keluarga”, ujar isteri Pak Mahmud.
Terkadang keluarga mereka pun diberi belas kasihan berupa makanan oleh tetangga yang tenggang rasa kepada mereka. “makanan atau apapun itu, sudah sangat bersyukur”, singkat Pak Mah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar