Straight News
Jambret Teman Sendiri,
Tak Tahu Malu
SINGKAWANG-
Warga Condong berinisial PO (23
tahun) tega menjambret perhiasan temannya sendiri. Korban berinisial DR tak
menyangka bahwa temannya tega melakukan itu semua kepadanya. “Dia baik, saya
tak menyangka dia melakukan itu”, ujarnya.
Pelaku menjambret DR, saat korban melewati gang
sempit di daerah Belakang Anim untuk menuju suatu tempat pada hari Jumat (2/1)
siang hari.
Tersangka sekarang diamankan di Kapolres Singkawang
untuk ditindaklanjuti. Dia sempat tak mengakuu saat ditanya oleh polisi. “Bukan
saya yang menjambret, tetapi teman saya yang melakukannya. Buktinya perhiasan
itu tak ada dengan saya sekarang”, ujar PO kepada polisi.
Jika sampai terbukti bahwa PO melakukan
penjambretan, dia akan dikenakan pasal 363 KUHP dan diancam hukuman lima tahun
penjara.
Feature News
Perjuangan Mahmud untuk
Keluarga
Tetesan keringat turun di tubuhnya, tetapi Mahmud
tetap pantang menyerah untuk mengayuh
becaknya agar mendapatkan pundi-pundi uang buat keluarganya. Badannya
yang tak lagi gagah berusaha keras untuk terus mengayuh. “Hasil menjadi tukang
becak hanya cukup untuk sehari-hari, soalnya sekarang orang-orang lebih banyak
menggunakan kendaraan sendiri. Biasa yang menggunakan becak hanya orang-orang
tertentu saja, khususnya orang yang pulang dari pasar dan membawa
belanjaannya”, ujar Mahmud.
Keluarga dirumah menunggunya untuk memberikan
sepeser uang agar bisa membeli lauk ataupun beras. Malah biasanya satu hari
mereka hanya makan mie instan saja karena pendapatan Mahmud tak seberapa. Dalam
satu hari dia hanya bisa membawa pulang uang Rp 15.000,- sampai Rp 25.000,-
saja.
Pekerjaan ini terus dia lakoni karena tak ada lagi
pekerjaan yang mampu dia kerjakan. Di usianya yang senja dia berharap
mendapatkan kesehatan agar bisa memberikan kebahagian kepada isteri dan kedua
anaknya.
Usia Pak Mahmud terbilang tak muda lagi, usianya
sekarang 56 tahun. Dia hanya tamatan SMP, dan tak mempunyai keahlian apa-apa
selain mengayuh becak tuanya itu. “saya tetap bersyukur walupun saya hanya bisa
jadi tukang becak, yang penting pekerjaan ini halal”, katanya.
Isteri dan kedua anaknya selalu menunggu Pak Mahmud
dengan senyuman, walaupun mereka hidup dengan jeritan ekonomi tetapi
keluarganya tak pernah menuntut lebih kepadanya. “Yang penting diberi
kesehatan, agar bisa pulang untuk berkumpul dengan keluarga”, ujar isteri Pak
Mahmud.
Terkadang keluarga
mereka pun diberi belas kasihan berupa makanan oleh tetangga yang tenggang rasa
kepada mereka. “makanan atau apapun itu, sudah sangat bersyukur”, singkat Pak
Mah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar