Psy - Gangnam Style

Minggu, 11 Januari 2015

KELOMPOK 8 ( Endang, Erina, Nooraini )

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar belakang
Budaya memiliki ukuran yang tegas mengenai apa artinya sebagai seseorang dan individu menggolongkan dirinya sebagai seseorang sesuai dengan teori-teori diri yang dibentuk secara sosial. Realitas suatu budaya dicerminkan dalam bentuk ujaran yang dihasilkan oleh para anggotan budaya tersebut. Penjelasan yang diberikan oleh para anggota budaya atas perilaku mereka menjadi sangat penting dalam mengekspresikan dan menghasilkan kembali realitas kelompok. Realitas sosial dibentuk melalui proses komunikasi. Realitas sosial lebih sebagai suatu hal yang berkaitan dengan aturan-aturan. Aturan merupakan pemandu untuk memahami peristiwa dan menanggapinya. Orang berbicara dan bertindak untuk mencapai tujuan dan pencapaian ini dipandu oleh aturan-aturan yang ada dalam masyarakat. Meskipun demikian, situasi sosial acapkali bersifat kompleks dan mungkin terdapat banyak makna dan tindakan yang dapat diasosiasikan dengan suatu peristiwa. Sedangkan orang berkomunikasi untuk mengartikan kejadian-kejadian yang ditangkap oleh inderanya dan membagikan pengertian tersebut kepada orang lain malalui gaya dan bahasanya sendiri. Oleh karenanya, salah satu persoalan penting komunikasi adalah untuk menjalin atau mengkoordinasikan aturan-aturan dengan individu-individu lainnya dalam berbagai situasi..
.
B.   Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut :
1.      Apa yang dimaksud dengan komunikasi dan kontruksi sosial realitas?
2.      Bagaimana teori eksistensi sosial dan personal?
3.      Bagaimana teori social accountability?

C.  Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan pembuatan makalah ini untuk :
1.      Mendeskripsikan pengertian komunikasi dan kontruksi sosial realitas.
2.      Mengetahui teori eksistensi sosial dan personal.
3.      Mengetahui teori social accountability.

D.  Manfaat
Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak. Khususnya kepada mahasiswa untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam belajar. Manfaat lainnya dari penulisan makalah ini adalah dengan adanya penulisan makalah ini diharapkan dapat dijadikan satu diantara referensi dalam membuat makalah dengan judul yang sama.

BAB II
PEMBAHASAN

A.       Komunikasi Dan Kontruksi Sosial Realita
Basis sosial teori dan pendekatan ini adalah transisi-modern di Amerika pada sekitat tahun 1960-an, dimana media massa belum menjadi sebuah fenomena yang menarik untuk dibicarakan. Substansi dari konstruksi sosial media massa ini adalah pada sirkulasi informasi yang cepat dan luas sehingga konstruksi sosial berlangsung dengan sangat cepat dan sebarannya merata. Realitas yang terkonstruksi itu juga membentuk opini massa, massa cenderung beropini sinis.
Proses konstruksi sosial media massa melalui tahapan sebagai berikut :

1.     Tahap menyiapkan materi konstruksi
        Menyiapkan materi konstruksi sosial media massa adalah tugas redaksi media massa, tugas itu didistribusikan pada desk editor yang ada di setiap media massa. Masing-masing media memiliki desk yang berbeda-beda sesuai dengan  kebutuhan dan visi suatu media. Isu-isu penting setiap hari menjadi fokus media massa, terutama yang berhubungan tiga hal yaitu kedudukan, harta, dan perempuan. Ada tiga hal penting dalam penyiapan materi konstruksi sosial yaitu :
a.     Keberpihakan media massa kepada kapitalisme. Sebagaimana diketahui, saat ini hampir tidak ada lagi media massa yang tidak dimiliki oleh kapitalis. Dalamarti kekuatan-kekuatan kapital untuk menjadikan media massa sebagai mesin penciptaan uang dan pelipat gandaan modal.
b.     Keberpihakan semu kepada masyarakat. Bentuk dari keberpihakan ini adalah dalam bentuk empati, simpati dan berbagai partisipasi kepada masyarakat, namun ujung-ujungnya adalah juga untuk menjual berita demi kepentingan kapitalis.
c.     Keberpihakan kepada kepentingan umum. Bentuk keberpihakan kepada kepentingan umum dalam arti sesungguhnya sebenarnya adalah visi setiap media massa, namun akhir-akhir ini visi tersebut tak pernah menunjukkan jati dirinya, namun slogan-slogan tentang visi ini tetap terdengar. Jadi, dalam menyiapkan materi konstruksi, media massa memosisikan diri pada tiga hal tersebut di atas, namun pada umumnya keberpihakan pada kepentingan kapitalis menjadi sangat dominan mengingat media massa adalah mesin produksi kapitalis yang mau ataupun tidak harus menghasilkan keuntungan.
2.     Tahap sebaran konstruksi
        Sebaran konstruksi media massa dilakukan melalui strategi media massa. Konsep konkret strategi sebaran media massa masing-masing media berbeda, namun prinsip utamanya adalah real time. Media cetak memiliki konsep real time terdiri dari beberapa konsep hari, minggu atau bulan, seperti terbitan harian, terbitan mingguan atau terbitan beberapa mingguan atau bulanan. Walaupun media cetak memiliki konsep real time yang sifatnya tertunda, namun konsep aktualitas menjadi pertimbangan utama sehingga pembaca merasa tepat waktu memperoleh berita tersebut.
        Pada umumnya sebaran konstruksi sosial media massa menggunakan model satu arah, dimana media menyodorkan informasi sementara konsumen media tidak memiliki pilihan lain kecuali mengonsumsi informasi itu. Prinsip dasar dari sebaran konstruksi sosial media massa adalah semua informasi harus sampai pada pembaca secepatnya dan setepatnya berdasarkan pada agenda media.
Apa yang dipandang penting oleh media menjadi penting pula bagi pembaca.
3.     Tahap pembentukan konstruksi realitas
a.     Tahap pembentukan konstruksi realitas
        Tahap berikut setelah sebaran konstruksi, dimana pemberitaan telah sampai pada pembaca yaitu terjadi pembentukan konstruksi di masyarakat melalui tiga tahap yang berlangsung secara generik. Pertama, konstruksi realitas pembenaran; kedua, kesediaan dikonstruksi oleh media massa; ketiga, sebagai pilihan konsumtif. Tahap pertama adalah konstruksi pembenaran sebagai suatu bentuk konstruksi media massa yang terbangun di masyarakat yang cenderung membenarkan apa saja yang ada (tersaji) di media massa sebagai sebuah realitas kebenaran. Dengan kata lain, informasi media massa sebagai otoritas sikap untuk membenarkan sebuah kejadian. Tahap kedua adalah kesediaan dikonstruksi oleh media massa, yaitu sikap generik dari tahap pertama. Bahwa pilihan seseorang untuk menjadi pembaca media massa adalah karena pilihannya untuk bersedia pikiran-pikirannya dikonstruksi oleh media massa.
Tahap ketiga adalah menjadikan konsumsi media massa sebagai pilihan konsumtif, dimana seseorang secara habit tergantung pada media massa. Media massa adalah bagian kebiasaan hidup yang tak bisa dilepaskan. Pada tingkat tertentu, seseorang merasa tak mampu beraktivitas apabila apabila ia belum membaca koran.
b.     Pembentukan konstruksi citra
        Pembentukan konstruksi citra bangunan yang diinginkan oleh tahap konstruksi. Dimana bangunan konstruksi citra yang dibangun oleh media massa ini terbentuk dalam dua model : 1) model good news dan 2) model bad news. Model good news adalah sebuah konstruksi yang cenderung mengkonstruksi suatu pemberitaan sebagai pemberitaan yang baik. Pada model ini objek pemberitaan dikonstruksi sebagai sesuatu yang memiliki citra baik sehingga terkesan lebih baik dari sesungguhnya kebaikan yang ada pada objek itu sendiri. Sementara, pada model bad news adalah sebuah konstruksi yang cenderung mengkonstruksi kejelekan atau cenderung memberi citra buruk pada objek pemberitaan sehingga terkesan lebih jelek, lebih buruk, lebih jahat dari sesungguhnya sifat jelek, buruk, dan jahat yang ada pada objek pemberitaan itu sendiri.
4.     Tahap konfirmasi
        Konfirmasi adalah tahapan ketika media massa maupun pembaca memberi argumentasi dan akuntabilitas terhadap pilihannya untuk terlibat dalam tahap pembentukan konstruksi. Bagi media, tahapan ini perlu sebagai bagian untuk menjelaskan mengapa ia terlibat dan bersedia hadir dalam proses konstruksi sosial. Ada beberapa alasan yang sering digunakan dalam konfirmasi ini yaitu a) kehidupan modern menghendaki pribadi yang selalu berubah dan menjadi bagian dari produksi media massa, b) kedekatan dengan media massa adalah life style orang modern, dimana orang modern sangat menyukai popularitas terutama sebagai subjek media massa itu sendiri, dan c) media massa walaupun memiliki kemampuan mengkonstruksi realitas media berdasarkan subyektivitas media, namun kehadiran media massa dalam kehidupan seseorang merupakan sumber pengetahuan tanpa batas yang sewaktu-waktu dapat diakses.

B.     Teori Eksistensi Sosial Dan Personal
         Rom Harre mengembangkan teori mengenai diri (self). Dia dan Paul Secord memperkenalkan“ethogeny”, yaitu studi tentang bagaimana seseorang memahami tindakan mereka di suatu peristiwa (episode) tertentu. Sebuah episode adalah suatu rangkaian tindakan yang dapat diperkirakan dan semua pihak yang terlibat mengartikannya sebagai suatu peristiwa yang ada permulaan dan ada akhirnya. Jamuan makan malam, argumentasi, upacara wisuda, negosiasi merupakan contoh dari episode. Fokus dariethogeny adalah bagaimana arti episode bagi para partisipannya dan bagaimana mereka memahami berbagai tindakan yang membentuk episode. Kemudian bahasa yang dipergunakan orang untuk menggambarkan dan menjelaskan episode mencerminkan pemahaman orang-orang tersebut terhadap episode tadi.       
    Kelompok sosial atau komunitas, melalui interaksi membentuk teori-teori untuk menjelaskan pengalaman tentang realitas. Suatu teori kelompok memberikan penjelasan tentang pengalaman yang mencakup suatu skenario mengenai apa konsekuensi logis dari tindakan tertentu dalam sebuah episode. Harre menyebutnya sebagai “structured template” yaitu proses tindakan yang diantisipasi dalam episode. Sebagai contoh, sepasang remaja yang sedang jatuh cinta. Mereka akan memiliki teori mengenai definisi cinta itu dan bagaimana seharusnya tindakan yang dilakukan oleh mereka yang saling mencintai. Teori tersebut akan menjadi eksplisit jika mereka diminta untuk menggambarkan, menjelaskan, atau mengartikan tindakan-tindakan mereka. 
    Makna yang melekat pada berbagai peristiwa dalam satu episode akan memunculkan aturan-aturan yang mengarahkan tindakan-tindakan partisipan dalam episode tersebut. partisipan menjadi tahu bagaimana harus bertindak karena adanya peraturan-peraturan yang berlaku pada suatu saat tertentu. Contoh pasangan remaja yang sedang berkencan, maka peraturan pertama yang dilakukan oleh sang kekasih adalah menjemput sang gadis di rumahnya, kemudian membeli tiket bioskop dan menontonnya, hingga mengantarkan kembali sang gadis pulang ke rumahnya. Episode kencan tersebut tentunya akan berbeda bagi pasangan lainnya, yang memiliki batasan tersendiri mengenai kencan dan rangkaian tindakannya.
    Sebagaimana halnya dengan pengalaman, diri (self) juga disusun oleh suatu teori personal, yaitu bahwa individu belajar untuk memahami dirinya sendiri melalui satu atau sekelompok teori yang mengkonsepsikan siapakah’diri’ individu tersebut. Dengan demikian, pemahaman seseorang mengenai ‘self’ merupakan suatu konsep teoritis yang berasal dari pengertian tentang kepribadian yang terdapat dalam budaya dan diekspresikan melalui komunikasi. Harre membedakan orang dari ‘self’. Orang adalah makhluk kasat mata dengan semua atribut dan sifat-sifat seperti yang terdapat dalam suatu budaya atau kelompok sosial tertentu. Sedangkan ‘self’ adalah pemahaman pribadi seseorang mengenai keberadaannya sebagai seseorang. Karakteristik seseorang dijelaskan oleh teori kelompok mengenai kepribadian, sedangkan diri dijelaskan oleh teori individu mengenai keberadaan dirinya sebagai anggota suatu budaya. Sebagai contoh, banyak budaya tradisional mengkonsepsikan seseorang berdasarkan perannya, seperti ayah, ibu, dll. Sementara itu, individu memiliki sifat, perasaan, dan karakter tersendiri sebagai individu di dalam konteks budaya tertentu.  
    Teori tentang ‘diri’ dipelajari melalui interaksi dengan orang lain. sepanjang hidupnya orang yang mempelajari bahwa tiap individu memiliki pandangan yang berbeda dan diri adalah pelaku otonom dengan kekuatan untuk melakukan sesuatu. Harre menunjukkan bagaimana dimensi-dimensi pribadi dan personal sesungguhnya berangkat dari proses sosial. Pemikiran, keinginan, dan emosi kita pada dasarnya dipelajari melalui interaksi sosial. Tepatnya, pandangan yang dimiliki seseorang, sifat dari pandangan tersebut, serta tingkat dan ciri-ciri pribadi bergantung pada teori diri orang tersebut dan sangat berbeda dari satu budaya ke budaya lainnya.
    Konsep diri terdiri dari seperangkat elemen yang dapat dipandang dalam dimensi. Dimensi pertama‘display’, yaitu bagaimana suatu aspek dapat dilihat oleh orang lain atau tetap tersimpan secara pribadi. Misalnya, emosi relatif lebih bersifat pribadi, sementara kepribadian dapat diketahui oleh orang lain. Dimensi kedua adalah realisasi atau sumber. Dimensi ini mencakup tingkatan dimana beberapa bentuk diri dianggap muncul dari dalam individu, disamping tumbuh dari suatu kelompok. Elemen-elemen yang dianggap muncul dari dalam diri seseorang adalah kenyataan individual (individually realized), sementara elemen yang tumbuh dari hubungan seseorang dengan suatu kelompok adalah kenyataan kolektif. Contoh, tujuan (purpose) dapat digolongkan sebagai kenyataan individual karena tujuan merupakan sesuatu yang dimiliki dan diketahui oleh seseorang. Sebaliknya kerja sama merupakan kenyataan kolektif karena hanya dapat dilakukan oleh seseorang sebagai anggota kelompok. Dimensi ketiga adalah ‘agency’ yaitu tingkat kekuatan aktif yang terdapat pada diri. Elemen-elemen aktif, seperti berbicara atau mengemudikan mobil berlawanan dengan elemen-elemen pasif seperti mendengarkan atau menumpang mobil.
         Semua teori mengenai diri mempunyai tiga elemen yang sama. Pertama, semuanya mengandung suatu kesadaran diri (self-consciousness). Kedua, ‘agency’ yaitu kekuatan yang menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu. Ketiga, ‘autobiography’ atau identitas seseorang yang memiliki sejarah dan masa depan.
C.     Pertanggungjawaban Sosial (Social Accountability)
         John Shotter menyajikan suatu teori dengan memperluas pemikiran dengan bahasan baru, yaitu tanggung jawab dan moralitas. Shotter yakin bahwa pengalaman manusia tidak dapat dipisahkan dari komunikasi. Komunikasi yang kita lakukan sekaligus merelfeksikan dan membentuk pengalaman kita mengenai realitas. Singkatnya pengertian dan pengalaman kita tentang realitas terbentuk berdasarkan cara-cara kita berbicara dalam usaha untuk menjelaskannya.
         Hubungan antara komunikasi (berbicara dan memberi penjelasan) dan pengalaman membentuk suatu putaran (loop). Komunikasi menentukan bagaimana realitas dipahami (dialami) dan pengalaman (pemahaman terhadap realitas) mempengaruhi komunikasi. Oleh karenanya, pemahaman yang menyangkut orang tidak dapat lepas dari pemahaman terhadap hubungan antarmanusia. Lingkungan yang ada merupakan suatu ‘umwelt’ yang pada dasarnya adalah suatu domain moral dari hak, tuas, wewenang, dan kewajiban. Kerangka moral pengalaman manusia diekspresikan dalam dan melalui komunkasi. Untuk melindungi otonominya, orang harus dapat menjelaskan bukan hanya atas tindakan-tindakannya, tetapi juga mengenai dirinya sendiri, misalnya siapa dan apa orang tersebut.

BAB III
PENUTUP

A.          Simpulan
         Substansi dari konstruksi sosial media massa ini adalah pada sirkulasi informasi yang cepat dan luas sehingga konstruksi sosial berlangsung dengan sangat cepat dan sebarannya merata. Rom Harre mengembangkan teori mengenai diri (self). Dia dan Paul Secord memperkenalkan“ethogeny”, yaitu studi tentang bagaimana seseorang memahami tindakan mereka di suatu peristiwa (episode) tertentu.


B.           Saran
         Dalam penyajian materi yang kami bahas mengenai komunikasi dan kontruksi sosial realita tentunya terdapat kekurangan baik dari segi penulisan maupun isi materi yang di sampaikan secara singkat. Untuk itu di mohon kritik dan saran yang dapat membangun guna menyempurnakan tugas ini dan tugas yang akan datang, maka dari itu sangat kami harapkan gagasan dari pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

http://como-un-burro.blogspot.com/2012/04/realitas-sosial-budaya.
como-un-burro.blogspot.com/2012/04/realitas-sosial-budaya-dan komunikasi.html


TUGAS 2
Depth News (Berita Mendalam)
Depth news disebut berita mendalam karena laporan yang hendak diberitakannya memiliki nilai berita yang berat, baik dari segi fakta, penggalian data, dan dampaknya kepada masyarakat umum. Disebut berita mendalam, juga karena proses penggalian datanya memerlukan perencanaan, persiapan matang, dan analisa yang mendalam. Ada beberapa karakter depth news yaitu
1.      Unsur berita yang ditekankan adalah why (mengapa peristiwa terjadi) dan how ( bagaimana peristiwa itu terjadi. Terkadang so what? (apa yang akan terjadi kemudian) dipakai untuk mendekatkan berita pada kebenaran prediksi lebih lanjut dari suatu peristiwa yang tengah terjadi.
2.      Deskripsi berita analitis dan mengungkapkan banyak fakta penting sebagai pendukung.
3.      Struktur berita yang digunakan adalah balok tegak. Karenanya, di setiap bagian berita (dari kepala berita, tubuh berita, hingga kaki berita) mengandung inti peristiwa. Sehingga, membaca sebagian paragrap saja tidak dapat memahami atau mendapatkan informasi secara utuh. Karenanya, seluruh bagian berita depth news merupakan satu
kesatuan utuh.
  Contoh berita Depth news
  Maraknya pengamen di kota amoy.
Singkawang adalah salah satu kota yang ada di Kalimantan barat yang sangat terkenal dengan kota amoy nya, kota seribu klenteng dan masih banyak fakta unik di balik itu. Namun  bila kita amati, tak sedikit para pengamen yang meminta-minta pada saat ada orang sedang makan atau sedang ada acara. Sungguh ironi, belum menjadi kota besar saja pengamennya sudah banyak. Sebenarnya apa yang melatarbelakangi mereka mau melakukan hal semacam itu dan bagaiman sesungguhnya kehidupan mereka?
”Kami sebenar nya tidak mau melakukan hal semacam ini, tapi keadaan lah yang memaksakan kami untuk melakukan ini, kami mau mencari pekerjaan tapi kami harus menggunakan ijazah sedangkan kami hanya tamat SD bahkan ada di antara kami yang tidak mendapatkan pendidikan karena kekurangan biaya” ujar salah seorang pengamen yang akrab dipanngil Aji itu. Seorang pengamen yang sering ngamen di toko-toko atau rumah makan yang banyak pengunjung nya itu menjelaskan bahwa kami sering diabaikan karna kami hanya seorang pengamen, kami hanya dianggap orang-orang sebagai seorang pemalas. Padahal kami itu susah mencari kerja apa lagi pendidikan kami yang rendah,” tengasnya. Pria yang separuh baya itu menjelaskan kalau kami sedang ngamen sering kali kami tidak di beri uang bahkan sering kali juga kami diusir terutama di daerah pasar hongkong karna kami dianggap hanya mengganggu saja. Pada saat ada razia, Kami diperlakukan tidak adil oleh sat pol PP, mereka menyeret kami dan mengkap kami seperti kami ini maling. Sampai saat ini”, tuturnya “ berdasarkan info yang saya dapat dari kawan-kawan pengamen, ada salah seorang teman kami dipukuli karena waktu mengamen kami diusir dan teman kami itu tidak mau pergi sehinga pertengkaran itu pun terjadi, bukan nya kami mendapatkan untung tapi justru kami yang di rugikan. Bukan hanya itu saja di tempat berlainan ada teman kami Deki (10 tahun), di usia nya yang masih sangat muda dan ditinggalkan orang tua nya pergi entah kemana, dia  menjelaskan bahwa dia pernah ngamen sakit-sakitan tapi tak ada seorang pun yang mau memberinya uang karna waktu itu suara nya parau dan mungkin tak enak untuk didengar. Dia juga menjelaskan ”Ini adalah sebuah  keterpaksaan ketika kami harus mengamen mengikuti teman-teman kami yang lain nya yang tak bersekolah lagi. Kami mengamen karena kami tak punya pilihan lain selain menjadi seorang pengamen. Fisik nya yang kurus dan kecil mengharuskan dia menjadi seorang pengamen. Tiap harinya Deki, tidur di pasar turi bersama teman-teman nya yang juga seorang pengamen dan anak-anak lain nya yang tidak memiliki keluarga. Deki yang mengamen sejak 2 tahun yang lalu, mengaku bahwa sehari rata-rata penghasilan nya 10-15 ribuan, dan untuk makan sehari-hari, dirinya hanya membeli nasi bungkus limaribuan. Deki, “saya ingin pemerintah adil menangani pengamen seperti saya, yang saya tahu bahwa tiap warga negara berhak mendapatkan kehidupan yang layak, namun pada kenyataannya saya sama sekali tak mendapatkan keadilan itu. Saya merasa yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin seperti kami dan teman-teman kami lain yang kurang beruntung.
Namun di sisi lain, ketika masyarakat Singkawang bicara soal pengamen, banyak yang mengalami Pro dan Kontra atas keberadaan pengamen di kawasan pasar hongkong ini. Sebut saja Donata, mahasiswa STIE ini menganggap bahwa, Saya merasa tidak begitu terganggu dengan pengamen yang ada di sekitar pasar hongkong ini. Karena menurut saya mereka mencari rezeki dengan cara yang menurut saya tidak  salah, meraka menghibur meski kadang kala ada pengamen  yang belum di beri uang belum juga pergi, tapi intinya saya tidak terganggu. Mahasiswa yang sudah berada pada semester ahir ini kembali menegas kan bahwa seharusnya mereka di rehabilitasikan dan diberi keterampilan, tegas Donata (23 tahun) mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Singkawang. Pendapat lain datang dari  Kartina (18 tahun) siswi SMK S.M.Tsjafioeddin Singkawang. Dia mengungkapkan bahwa ”Sangat terganggu karena mereka itu sebenarnya masih bisa berkerja,tapi mereka itu malas untuk melakukan sesuatu untuk menafkahi hidup mereka sendiri.” Siswi yang sekarang duduk di bangku kelas tiga SMK itu pun mengungkap kegeramannya terhadap pengamen “Padahal kalau dipikir-pikir lowongan kerja itu banyak terbuka dimana-mana,bukan hanya sebagai pengamen saja. Di satu sisi saya sebenar nya kasihan tapi disisi lain saya juga sangat risih dengan pengamen-pengamen itu, Singkawang ini kan belum menjadi kota yang besar tapi pengamennya udah ada di mana-mana.! Tegas nya.                                                               
Ini lah sekilas tentang kehidupan pengamen serta tanggapan dari masyatakat Singkawang.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar