BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Budaya
memiliki ukuran yang tegas mengenai apa artinya sebagai seseorang dan individu
menggolongkan dirinya sebagai seseorang sesuai dengan teori-teori diri yang
dibentuk secara sosial. Realitas suatu budaya dicerminkan dalam bentuk ujaran
yang dihasilkan oleh para anggotan budaya tersebut. Penjelasan yang diberikan
oleh para anggota budaya atas perilaku mereka menjadi sangat penting dalam
mengekspresikan dan menghasilkan kembali realitas kelompok. Realitas sosial
dibentuk melalui proses komunikasi. Realitas sosial lebih sebagai suatu hal
yang berkaitan dengan aturan-aturan. Aturan merupakan pemandu untuk memahami
peristiwa dan menanggapinya. Orang berbicara dan bertindak untuk mencapai
tujuan dan pencapaian ini dipandu oleh aturan-aturan yang ada dalam masyarakat.
Meskipun demikian, situasi sosial acapkali bersifat kompleks dan mungkin
terdapat banyak makna dan tindakan yang dapat diasosiasikan dengan suatu
peristiwa. Sedangkan orang berkomunikasi untuk mengartikan kejadian-kejadian
yang ditangkap oleh inderanya dan membagikan pengertian tersebut kepada orang
lain malalui gaya dan bahasanya sendiri. Oleh karenanya, salah satu persoalan
penting komunikasi adalah untuk menjalin atau mengkoordinasikan aturan-aturan
dengan individu-individu lainnya dalam berbagai situasi..
.
B. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan dibahas
adalah sebagai berikut :
1. Apa
yang dimaksud dengan komunikasi dan kontruksi sosial realitas?
2. Bagaimana
teori eksistensi sosial dan personal?
3. Bagaimana
teori social accountability?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas
maka tujuan pembuatan makalah ini untuk :
1. Mendeskripsikan
pengertian komunikasi dan kontruksi sosial realitas.
2. Mengetahui
teori eksistensi sosial dan personal.
3. Mengetahui
teori social accountability.
D. Manfaat
Hasil
dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak.
Khususnya kepada mahasiswa untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam
belajar. Manfaat lainnya dari penulisan makalah ini adalah dengan adanya penulisan
makalah ini diharapkan dapat dijadikan satu diantara referensi dalam membuat
makalah dengan judul yang sama.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Komunikasi Dan Kontruksi Sosial Realita
Basis sosial teori dan pendekatan ini adalah transisi-modern
di Amerika pada sekitat tahun 1960-an, dimana media massa belum menjadi sebuah
fenomena yang menarik untuk dibicarakan. Substansi dari konstruksi sosial media
massa ini adalah pada sirkulasi informasi yang cepat dan luas sehingga
konstruksi sosial berlangsung dengan sangat cepat dan sebarannya merata.
Realitas yang terkonstruksi itu juga membentuk opini massa, massa cenderung
beropini sinis.
Proses konstruksi sosial media massa melalui tahapan
sebagai berikut :
1. Tahap
menyiapkan materi konstruksi
Menyiapkan
materi konstruksi sosial media massa adalah tugas redaksi media massa, tugas
itu didistribusikan pada desk editor yang ada di setiap media massa. Masing-masing
media memiliki desk yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan dan visi suatu media. Isu-isu
penting setiap hari menjadi fokus media massa, terutama yang berhubungan tiga
hal yaitu kedudukan, harta, dan perempuan. Ada tiga hal penting dalam penyiapan
materi konstruksi sosial yaitu :
a. Keberpihakan
media massa kepada kapitalisme. Sebagaimana diketahui, saat ini hampir tidak
ada lagi media massa yang tidak dimiliki oleh kapitalis. Dalamarti
kekuatan-kekuatan kapital untuk menjadikan media massa sebagai mesin penciptaan
uang dan pelipat gandaan modal.
b. Keberpihakan
semu kepada masyarakat. Bentuk dari keberpihakan ini adalah dalam bentuk
empati, simpati dan berbagai partisipasi kepada masyarakat, namun ujung-ujungnya
adalah juga untuk menjual berita demi kepentingan kapitalis.
c. Keberpihakan
kepada kepentingan umum. Bentuk keberpihakan kepada kepentingan umum dalam arti
sesungguhnya sebenarnya adalah visi setiap media massa, namun akhir-akhir ini
visi tersebut tak pernah menunjukkan jati dirinya, namun slogan-slogan tentang
visi ini tetap terdengar. Jadi, dalam menyiapkan materi konstruksi, media massa
memosisikan diri pada tiga hal tersebut di atas, namun pada umumnya
keberpihakan pada kepentingan kapitalis menjadi sangat dominan mengingat media
massa adalah mesin produksi kapitalis yang mau ataupun tidak harus menghasilkan
keuntungan.
2. Tahap
sebaran konstruksi
Sebaran
konstruksi media massa dilakukan melalui strategi media massa. Konsep konkret
strategi sebaran media massa masing-masing media berbeda, namun prinsip
utamanya adalah real time. Media cetak memiliki konsep real time terdiri
dari beberapa konsep hari, minggu atau bulan, seperti terbitan harian, terbitan
mingguan atau terbitan beberapa mingguan atau bulanan. Walaupun media cetak
memiliki konsep real time yang sifatnya tertunda, namun konsep aktualitas
menjadi pertimbangan utama sehingga pembaca merasa tepat waktu memperoleh
berita tersebut.
Pada
umumnya sebaran konstruksi sosial media massa menggunakan model satu arah,
dimana media menyodorkan informasi sementara konsumen media tidak memiliki
pilihan lain kecuali mengonsumsi informasi itu. Prinsip dasar dari sebaran
konstruksi sosial media massa adalah semua informasi harus sampai pada pembaca
secepatnya dan setepatnya berdasarkan pada agenda media.
Apa yang dipandang penting oleh media menjadi
penting pula bagi pembaca.
3. Tahap
pembentukan konstruksi realitas
a. Tahap
pembentukan konstruksi realitas
Tahap
berikut setelah sebaran konstruksi, dimana pemberitaan telah sampai pada
pembaca yaitu terjadi pembentukan konstruksi di masyarakat melalui tiga tahap
yang berlangsung secara generik. Pertama, konstruksi realitas
pembenaran; kedua, kesediaan dikonstruksi oleh media massa; ketiga,
sebagai pilihan konsumtif. Tahap pertama adalah konstruksi pembenaran
sebagai suatu bentuk konstruksi media massa yang terbangun di masyarakat yang
cenderung membenarkan apa saja yang ada (tersaji) di media massa sebagai sebuah
realitas kebenaran. Dengan kata lain, informasi media massa sebagai otoritas
sikap untuk membenarkan sebuah kejadian. Tahap kedua adalah kesediaan dikonstruksi
oleh media massa, yaitu sikap generik dari tahap pertama. Bahwa pilihan
seseorang untuk menjadi pembaca media massa adalah karena pilihannya untuk
bersedia pikiran-pikirannya dikonstruksi oleh media massa.
Tahap ketiga adalah
menjadikan konsumsi media massa sebagai pilihan konsumtif, dimana seseorang
secara habit tergantung pada media massa. Media massa adalah bagian kebiasaan
hidup yang tak bisa dilepaskan. Pada tingkat tertentu, seseorang merasa tak
mampu beraktivitas apabila apabila ia belum membaca koran.
b. Pembentukan
konstruksi citra
Pembentukan
konstruksi citra bangunan yang diinginkan oleh tahap konstruksi. Dimana
bangunan konstruksi citra yang dibangun oleh media massa ini terbentuk dalam
dua model : 1) model good news dan 2) model bad news. Model good
news adalah sebuah konstruksi yang cenderung mengkonstruksi suatu pemberitaan
sebagai pemberitaan yang baik. Pada model ini objek pemberitaan dikonstruksi
sebagai sesuatu yang memiliki citra baik sehingga terkesan lebih baik dari
sesungguhnya kebaikan yang ada pada objek itu sendiri. Sementara, pada model bad
news adalah sebuah konstruksi yang cenderung mengkonstruksi kejelekan atau
cenderung memberi citra buruk pada objek pemberitaan sehingga terkesan lebih
jelek, lebih buruk, lebih jahat dari sesungguhnya sifat jelek, buruk, dan jahat
yang ada pada objek pemberitaan itu sendiri.
4. Tahap
konfirmasi
Konfirmasi
adalah tahapan ketika media massa maupun pembaca memberi argumentasi dan
akuntabilitas terhadap pilihannya untuk terlibat dalam tahap pembentukan
konstruksi. Bagi media, tahapan ini perlu sebagai bagian untuk menjelaskan
mengapa ia terlibat dan bersedia hadir dalam proses konstruksi sosial. Ada
beberapa alasan yang sering digunakan dalam konfirmasi ini yaitu a) kehidupan
modern menghendaki pribadi yang selalu berubah dan menjadi bagian dari produksi
media massa, b) kedekatan dengan media massa adalah life style orang
modern, dimana orang modern sangat menyukai popularitas terutama sebagai subjek
media massa itu sendiri, dan c) media massa walaupun memiliki kemampuan
mengkonstruksi realitas media berdasarkan subyektivitas media, namun kehadiran
media massa dalam kehidupan seseorang merupakan sumber pengetahuan tanpa batas
yang sewaktu-waktu dapat diakses.
B. Teori
Eksistensi Sosial Dan Personal
Rom Harre mengembangkan teori mengenai
diri (self). Dia dan Paul Secord memperkenalkan“ethogeny”, yaitu studi
tentang bagaimana seseorang memahami tindakan mereka di suatu peristiwa
(episode) tertentu. Sebuah episode adalah suatu rangkaian tindakan yang dapat
diperkirakan dan semua pihak yang terlibat mengartikannya sebagai suatu
peristiwa yang ada permulaan dan ada akhirnya. Jamuan makan malam, argumentasi,
upacara wisuda, negosiasi merupakan contoh dari episode. Fokus dariethogeny adalah bagaimana arti episode bagi
para partisipannya dan bagaimana mereka memahami berbagai tindakan yang
membentuk episode. Kemudian bahasa yang dipergunakan orang untuk menggambarkan
dan menjelaskan episode mencerminkan pemahaman orang-orang tersebut terhadap episode
tadi.
Kelompok
sosial atau komunitas, melalui interaksi membentuk teori-teori untuk
menjelaskan pengalaman tentang realitas. Suatu teori kelompok memberikan
penjelasan tentang pengalaman yang mencakup suatu skenario mengenai apa
konsekuensi logis dari tindakan tertentu dalam sebuah episode. Harre
menyebutnya sebagai “structured
template” yaitu proses
tindakan yang diantisipasi dalam episode. Sebagai contoh, sepasang remaja yang
sedang jatuh cinta. Mereka akan memiliki teori mengenai definisi cinta itu dan
bagaimana seharusnya tindakan yang dilakukan oleh mereka yang saling mencintai.
Teori tersebut akan menjadi eksplisit jika mereka diminta untuk menggambarkan,
menjelaskan, atau mengartikan tindakan-tindakan mereka.
Makna yang
melekat pada berbagai peristiwa dalam satu episode akan memunculkan
aturan-aturan yang mengarahkan tindakan-tindakan partisipan dalam episode
tersebut. partisipan menjadi tahu bagaimana harus bertindak karena adanya
peraturan-peraturan yang berlaku pada suatu saat tertentu. Contoh pasangan
remaja yang sedang berkencan, maka peraturan pertama yang dilakukan oleh sang
kekasih adalah menjemput sang gadis di rumahnya, kemudian membeli tiket bioskop
dan menontonnya, hingga mengantarkan kembali sang gadis pulang ke rumahnya.
Episode kencan tersebut tentunya akan berbeda bagi pasangan lainnya, yang
memiliki batasan tersendiri mengenai kencan dan rangkaian tindakannya.
Sebagaimana
halnya dengan pengalaman, diri (self) juga disusun oleh suatu teori personal,
yaitu bahwa individu belajar untuk memahami dirinya sendiri melalui satu atau
sekelompok teori yang mengkonsepsikan siapakah’diri’ individu tersebut. Dengan
demikian, pemahaman seseorang mengenai ‘self’ merupakan suatu konsep teoritis
yang berasal dari pengertian tentang kepribadian yang terdapat dalam budaya dan
diekspresikan melalui komunikasi. Harre membedakan orang dari ‘self’. Orang
adalah makhluk kasat mata dengan semua atribut dan sifat-sifat seperti yang
terdapat dalam suatu budaya atau kelompok sosial tertentu. Sedangkan ‘self’
adalah pemahaman pribadi seseorang mengenai keberadaannya sebagai seseorang.
Karakteristik seseorang dijelaskan oleh teori kelompok mengenai kepribadian,
sedangkan diri dijelaskan oleh teori individu mengenai keberadaan dirinya
sebagai anggota suatu budaya. Sebagai contoh, banyak budaya tradisional
mengkonsepsikan seseorang berdasarkan perannya, seperti ayah, ibu, dll.
Sementara itu, individu memiliki sifat, perasaan, dan karakter tersendiri
sebagai individu di dalam konteks budaya tertentu.
Teori
tentang ‘diri’ dipelajari melalui interaksi dengan orang lain. sepanjang
hidupnya orang yang mempelajari bahwa tiap individu memiliki pandangan yang
berbeda dan diri adalah pelaku otonom dengan kekuatan untuk melakukan sesuatu.
Harre menunjukkan bagaimana dimensi-dimensi pribadi dan personal sesungguhnya
berangkat dari proses sosial. Pemikiran, keinginan, dan emosi kita pada
dasarnya dipelajari melalui interaksi sosial. Tepatnya, pandangan yang dimiliki
seseorang, sifat dari pandangan tersebut, serta tingkat dan ciri-ciri pribadi
bergantung pada teori diri orang tersebut dan sangat berbeda dari satu budaya
ke budaya lainnya.
Konsep diri
terdiri dari seperangkat elemen yang dapat dipandang dalam dimensi. Dimensi
pertama‘display’, yaitu bagaimana suatu aspek dapat dilihat oleh orang
lain atau tetap tersimpan secara pribadi. Misalnya, emosi relatif lebih
bersifat pribadi, sementara kepribadian dapat diketahui oleh orang lain.
Dimensi kedua adalah realisasi atau sumber. Dimensi ini mencakup tingkatan dimana
beberapa bentuk diri dianggap muncul dari dalam individu, disamping tumbuh dari
suatu kelompok. Elemen-elemen yang dianggap muncul dari dalam diri seseorang
adalah kenyataan individual (individually realized), sementara elemen
yang tumbuh dari hubungan seseorang dengan suatu kelompok adalah kenyataan
kolektif. Contoh, tujuan (purpose) dapat digolongkan sebagai kenyataan
individual karena tujuan merupakan sesuatu yang dimiliki dan diketahui oleh
seseorang. Sebaliknya kerja sama merupakan kenyataan kolektif karena hanya
dapat dilakukan oleh seseorang sebagai anggota kelompok. Dimensi ketiga adalah ‘agency’ yaitu tingkat kekuatan aktif yang
terdapat pada diri. Elemen-elemen aktif, seperti berbicara atau mengemudikan
mobil berlawanan dengan elemen-elemen pasif seperti mendengarkan atau menumpang
mobil.
Semua teori mengenai diri mempunyai
tiga elemen yang sama. Pertama, semuanya mengandung suatu kesadaran diri (self-consciousness).
Kedua, ‘agency’ yaitu kekuatan yang menggerakkan seseorang untuk
melakukan sesuatu. Ketiga, ‘autobiography’ atau identitas seseorang yang
memiliki sejarah dan masa depan.
C. Pertanggungjawaban Sosial (Social
Accountability)
John Shotter menyajikan suatu teori dengan memperluas
pemikiran dengan bahasan baru, yaitu tanggung jawab dan moralitas. Shotter
yakin bahwa pengalaman manusia tidak dapat dipisahkan dari komunikasi.
Komunikasi yang kita lakukan sekaligus merelfeksikan dan membentuk pengalaman
kita mengenai realitas. Singkatnya pengertian dan pengalaman kita tentang
realitas terbentuk berdasarkan cara-cara kita berbicara dalam usaha untuk
menjelaskannya.
Hubungan antara komunikasi (berbicara dan memberi
penjelasan) dan pengalaman membentuk suatu putaran (loop). Komunikasi
menentukan bagaimana realitas dipahami (dialami) dan pengalaman (pemahaman
terhadap realitas) mempengaruhi komunikasi. Oleh karenanya, pemahaman yang
menyangkut orang tidak dapat lepas dari pemahaman terhadap hubungan
antarmanusia. Lingkungan yang ada merupakan suatu ‘umwelt’ yang pada
dasarnya adalah suatu domain moral dari hak, tuas, wewenang, dan kewajiban.
Kerangka moral pengalaman manusia diekspresikan dalam dan melalui komunkasi.
Untuk melindungi otonominya, orang harus dapat menjelaskan bukan hanya atas
tindakan-tindakannya, tetapi juga mengenai dirinya sendiri, misalnya siapa dan
apa orang tersebut.
BAB
III
PENUTUP
A.
Simpulan
Substansi dari konstruksi sosial media
massa ini adalah pada sirkulasi informasi yang cepat dan luas sehingga
konstruksi sosial berlangsung dengan sangat cepat dan sebarannya merata. Rom
Harre mengembangkan teori mengenai diri (self). Dia dan Paul Secord
memperkenalkan“ethogeny”, yaitu studi tentang bagaimana seseorang
memahami tindakan mereka di suatu peristiwa (episode) tertentu.
B.
Saran
Dalam penyajian materi yang kami bahas
mengenai komunikasi dan kontruksi sosial realita tentunya
terdapat kekurangan baik dari segi penulisan maupun isi materi yang di
sampaikan secara singkat. Untuk itu di mohon kritik dan saran yang dapat
membangun guna menyempurnakan tugas ini dan tugas yang akan datang, maka dari
itu sangat kami harapkan gagasan dari pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
http://como-un-burro.blogspot.com/2012/04/realitas-sosial-budaya.
como-un-burro.blogspot.com/2012/04/realitas-sosial-budaya-dan
komunikasi.html
TUGAS 2
Depth News (Berita Mendalam)
Depth news disebut berita mendalam karena laporan yang hendak diberitakannya memiliki nilai berita yang berat, baik dari segi fakta, penggalian data, dan dampaknya kepada masyarakat umum. Disebut berita mendalam, juga karena proses penggalian datanya memerlukan perencanaan, persiapan matang, dan analisa yang mendalam. Ada beberapa karakter depth news yaitu
1. Unsur berita yang ditekankan adalah why (mengapa peristiwa terjadi) dan how ( bagaimana peristiwa itu terjadi. Terkadang so what? (apa yang akan terjadi kemudian) dipakai untuk mendekatkan berita pada kebenaran prediksi lebih lanjut dari suatu peristiwa yang tengah terjadi.
2. Deskripsi berita analitis dan mengungkapkan banyak fakta penting sebagai pendukung.
3. Struktur berita yang digunakan adalah balok tegak. Karenanya, di setiap bagian berita (dari kepala berita, tubuh berita, hingga kaki berita) mengandung inti peristiwa. Sehingga, membaca sebagian paragrap saja tidak dapat memahami atau mendapatkan informasi secara utuh. Karenanya, seluruh bagian berita depth news merupakan satu
kesatuan utuh.
Contoh berita Depth news
Maraknya pengamen di kota amoy.
Singkawang adalah salah satu kota yang ada di Kalimantan barat yang sangat terkenal dengan kota amoy nya, kota seribu klenteng dan masih banyak fakta unik di balik itu. Namun bila kita amati, tak sedikit para pengamen yang meminta-minta pada saat ada orang sedang makan atau sedang ada acara. Sungguh ironi, belum menjadi kota besar saja pengamennya sudah banyak. Sebenarnya apa yang melatarbelakangi mereka mau melakukan hal semacam itu dan bagaiman sesungguhnya kehidupan mereka?
”Kami sebenar nya tidak mau melakukan hal semacam ini, tapi keadaan lah yang memaksakan kami untuk melakukan ini, kami mau mencari pekerjaan tapi kami harus menggunakan ijazah sedangkan kami hanya tamat SD bahkan ada di antara kami yang tidak mendapatkan pendidikan karena kekurangan biaya” ujar salah seorang pengamen yang akrab dipanngil Aji itu. Seorang pengamen yang sering ngamen di toko-toko atau rumah makan yang banyak pengunjung nya itu menjelaskan bahwa kami sering diabaikan karna kami hanya seorang pengamen, kami hanya dianggap orang-orang sebagai seorang pemalas. Padahal kami itu susah mencari kerja apa lagi pendidikan kami yang rendah,” tengasnya. Pria yang separuh baya itu menjelaskan kalau kami sedang ngamen sering kali kami tidak di beri uang bahkan sering kali juga kami diusir terutama di daerah pasar hongkong karna kami dianggap hanya mengganggu saja. Pada saat ada razia, Kami diperlakukan tidak adil oleh sat pol PP, mereka menyeret kami dan mengkap kami seperti kami ini maling. Sampai saat ini”, tuturnya “ berdasarkan info yang saya dapat dari kawan-kawan pengamen, ada salah seorang teman kami dipukuli karena waktu mengamen kami diusir dan teman kami itu tidak mau pergi sehinga pertengkaran itu pun terjadi, bukan nya kami mendapatkan untung tapi justru kami yang di rugikan. Bukan hanya itu saja di tempat berlainan ada teman kami Deki (10 tahun), di usia nya yang masih sangat muda dan ditinggalkan orang tua nya pergi entah kemana, dia menjelaskan bahwa dia pernah ngamen sakit-sakitan tapi tak ada seorang pun yang mau memberinya uang karna waktu itu suara nya parau dan mungkin tak enak untuk didengar. Dia juga menjelaskan ”Ini adalah sebuah keterpaksaan ketika kami harus mengamen mengikuti teman-teman kami yang lain nya yang tak bersekolah lagi. Kami mengamen karena kami tak punya pilihan lain selain menjadi seorang pengamen. Fisik nya yang kurus dan kecil mengharuskan dia menjadi seorang pengamen. Tiap harinya Deki, tidur di pasar turi bersama teman-teman nya yang juga seorang pengamen dan anak-anak lain nya yang tidak memiliki keluarga. Deki yang mengamen sejak 2 tahun yang lalu, mengaku bahwa sehari rata-rata penghasilan nya 10-15 ribuan, dan untuk makan sehari-hari, dirinya hanya membeli nasi bungkus limaribuan. Deki, “saya ingin pemerintah adil menangani pengamen seperti saya, yang saya tahu bahwa tiap warga negara berhak mendapatkan kehidupan yang layak, namun pada kenyataannya saya sama sekali tak mendapatkan keadilan itu. Saya merasa yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin seperti kami dan teman-teman kami lain yang kurang beruntung.
Namun di sisi lain, ketika masyarakat Singkawang bicara soal pengamen, banyak yang mengalami Pro dan Kontra atas keberadaan pengamen di kawasan pasar hongkong ini. Sebut saja Donata, mahasiswa STIE ini menganggap bahwa, Saya merasa tidak begitu terganggu dengan pengamen yang ada di sekitar pasar hongkong ini. Karena menurut saya mereka mencari rezeki dengan cara yang menurut saya tidak salah, meraka menghibur meski kadang kala ada pengamen yang belum di beri uang belum juga pergi, tapi intinya saya tidak terganggu. Mahasiswa yang sudah berada pada semester ahir ini kembali menegas kan bahwa seharusnya mereka di rehabilitasikan dan diberi keterampilan, tegas Donata (23 tahun) mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Singkawang. Pendapat lain datang dari Kartina (18 tahun) siswi SMK S.M.Tsjafioeddin Singkawang. Dia mengungkapkan bahwa ”Sangat terganggu karena mereka itu sebenarnya masih bisa berkerja,tapi mereka itu malas untuk melakukan sesuatu untuk menafkahi hidup mereka sendiri.” Siswi yang sekarang duduk di bangku kelas tiga SMK itu pun mengungkap kegeramannya terhadap pengamen “Padahal kalau dipikir-pikir lowongan kerja itu banyak terbuka dimana-mana,bukan hanya sebagai pengamen saja. Di satu sisi saya sebenar nya kasihan tapi disisi lain saya juga sangat risih dengan pengamen-pengamen itu, Singkawang ini kan belum menjadi kota yang besar tapi pengamennya udah ada di mana-mana.! Tegas nya.
Ini lah sekilas tentang kehidupan pengamen serta tanggapan dari masyatakat Singkawang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar